Saturday, January 08, 2005

PATAH

PATAH

Sepasang Kepodang emas menangis
air matanya jatuh di telapak kaki
berderai membanjiri tiap rumputan mati
tapi tak ada kehidupan lagi

Kepodang emas bersayap patah
seperti aku yang selalu berharap
pada hembusan suara merdu
mulut mu

Mata yang membelai itu
melemahkan tiap sarap pikiran ku
meneduhkan
dan berapi

aku berlari
manakala tahu tatapan itu adalah api

Mulut manis itu merdu merayu
hingga tak kuasa aku bertekuk lutut padanmu
hingga aku sadari
mulut itu hanya bersenandnung

tapi bukan buatku

Baik kita pergi
sama-sama membawa hati
jangan saling menghampiri

0 Comments:

Post a Comment

<< Home