Thursday, December 09, 2004

Pendakian Terindah dan Spionase Terburuk II ~ IV

Sabtu 11:30 Alun alun Timur
Wah leganya...sudah sampe ke sasaran pertama. Schedule masih belum berubah nih.
Sampe alun-alun barat terus kita bikin camp dan tidurrrrrrrrr! Abis semalem
tidur cuman 2 jam aja. Wah kebayang kan capenya. Di alun-alun,ternyata sudah
banyak pendaki yang sampe atau yang mao pada turun. Bersay hallo dengan
anak-anak dari Cikarang, kemudian bertemu dengan beberapa teman lama, akhirnya
perjalanan dilanjutkan ke Barat, mencari tenda sang penguasa. Ai sama jaka sama
gembiranya. Wajah kuyu nya udah hilang berganti semangat membara untuk segera
bercamp, masak, makan dan tentunya hibernasi.

12:00 WIB Alun-alun barat
"Hallo.!" Gw teriak dari jauh untuk menyapa seseorang yang gw kenal. Vino-anak
HC-yang kemaren maelem nemenin di Kamp Ram. Da langsung gw tanyaa dimana Jendral
Pendaki bercamp. "Tuh, yang pake jaket kuning dan sedang tolak pinggang...itu
dia" jawabnya sambil menunjuk seorang gadis perkasa berjaket kuning!
Lambayan tangan gw rupanya menarik perhatian dia. Gw langsung turun menemani dia
ke lembah tempat mereka membuat camp. Jadi ingat waktu Jambore kemaren.
Panitianya bikin tenda seperti itu. Kata Capten, namanya Surken Estate.
Setelah menyalami beberapa rekan, akhirnya gw dianter jendral muter-muter nyari
tenda capten. "Sebelah sini.....eh nggak bukan, sebelah situ!" Nha loh, yang
ngater aja puyeng....Gw akhirnya
tereak..."Capppteennnnn..[ten...ten...tenn..]..bang Buuuuuuudiiiiiii
....[di...dii..dii..!!"" -(maklum pake echo)
Ada penampakan dari sebelah kiri kami. TErnyata dengan senyum sumringah mereka
telah menunggu kami. Buktinya ada nasi liwet -bikinan bang asdath- dan kue-kue
kecil penyambutan kami. Wihhhhh...senanggnya. LAgi laper langung sapet konsumsi
gratiss! Segerrrr!!

02:00 Surken
Habis makan terjadilah sebuah penghianatan yang paling menyakitkan. Mereka
ngeracunin kami bertiga. Untung nggak mati. Empat deng. nomor satunya ya bang
budi itu! Nggak bisa-bisa pulang.karena di racunin.
Akhirnya dengan iming-iming jalan ke Kawah, gw rembukan sama 2 temen gw. Apa
kita tetap berada disini seperti rencana semula, atau ikut mereka. Jaka bilang,
oke! Ai, terserah. Gw putusin oke deh! Gw tahu Ai yang baru pertama ke sini,
nggak pikir panjang dulu. Dari pada nggak bisa pulang, kali pikirannya.
Mendingan ikut! Kalo tahu sih, pasti dia mikir-mikir dulu.
Team bergerak setelah Tante nana...ikut berjoin dengan keluarga kami. Yah...ada
alasan yang kadang-kadang nggak masuk akal sih! tapi apa boleh buat. Show must
go on.
Rombongan berjalan lambat ke puncak Gn Gede. Beberapa kali break untuk sekedar
berebutan udara dengan yang laen. Lucunya pas lagi di tengah ada dua orang
pendaki yang ber ramah-tamah dengan kami. Dan dari informasinya -mereka akan
ngecamp di puncak. Kami pun menjawab demikian. Mereka menambahkan, kalo di
puncak nggak ada air. Langsung acting keenam manusia ini beraksi. Belaga maen
salah-salahan, lagi. Dan dengan ibanya mereka mao ngasih satu botol air
minumnya. Tapi di tolak, dengan alasan dan tetek-bengek yang nggak jelas.
Sampai puncak udara bertambah dingin. Jeptar-jepret poto amatiran, sebagai
hiburan. Ai nampak sangat menikmati. dan Sebuah mangga menghiasai pertu kami
sore itu.......MAngga hasil kebun pak capten! Manis euyyyyyyyy!!! Capten sampe
rela makan sama pelok-peloknya. Digragotin, nggak sisa. Kalo empuk pati udah di
embat juga tuh!

---------nyambung----------
Puncak......kandang badak.......kawah.........pulang.........

PUncak Pangrango masih dengan gagahnya berdiri di seberang kami. Nantangin
banget. Pengen rasanya balik keono lagi, setelah lebih dari 3 tahun yang lalu
berkunjung kesana. Ngg...rasanya cukup menakjubkan. Senda gurau masih hangat
membahana diantara kami berenam, Sistick bawaan dari rumah, kue-kecil dari toko
dan sederet makanan masih menemani kami, hingga sore merebak dan kami bersiap
menerus kan perjalanan.

03:00 WIB
Turun. sampe kandang badak. Itu tujian akhir kami hari ini. Gw ama Budi dan Jaka
serta Ai, masih terseok dibelakang, sementara Capten dan Jendral dengan mulusnya
melaju seperti nibus. Nggak ada udelnya...gw pikir. Gimana mungkin bisa bergerak
secepat ini. Hah....! Sebelum tanjakan rante, gw bergabung dengan Capt. dan
Jendral yang udah duduk manis di pohon yang ngeloyor di atas tanjakan rante.
Berkali kali kapten mencoba berkomunikasi dengan HT nya, tapi nihil. Nggak ada
sahutan. KAsihan deh...lhu! di cuekin. Kemudian Budi nyusul. Dua anak hilang itu
berjalan lewat sisi sebelah kanan. Menghindari terjalnya tanjakan Rante. Dan
sampe di bawah kami lebih cepat. Sementara kami masih berseda gurau di atas
pohon sampbil meikmati cincin pangrango yang bergerak lambat mengitari puncak.
Menakjubkan. Pemnandangan super indah, diantara lembayung sore yang mulai
merebak. Ah...seandainya si ehem-ehem ikut..dan si titik-titik disini, pikir
Budi!"

7 Menit setelah Jaka bilang akan jalan duluan, kami bergerak. Dan " Hah, aya
sampeu..euy!" Teuing boga saha. Ambil yo!" [ Hey, ada singkokong, nggak tahu
punya siapa...] dari hasil diskusi akhirnya kami bawa juga tuh singkong. BUat
kolak, " kita gorang, di kulub [rebus]. Berbagai instruksi -tepatnya keinginan-
meluncur manis dari kami berempat. PErjalanan kali ini ada sedikit tambahan
energi, akibat harapan muluk terhadap singkong nemu!

05:40 WIB
Kandang Badak
Lha, kenapa ni anak bedua nelom sampe sih! Gw jadi was-was. Capt, kelihatan
tanang, Nanha sama Budi nggak jelas, cape kali. GW yang justru blingsatan.
Setelah 3-4 menit berlalu, Jaka muncul bareng Ai yang kepayahan. Nafas nya
sengal-sengal, senin-kamis. Konon, dari tanjakan rante sampe kandang badak doi
bedua, istirahat sampe lebih delapan kali. Wahlah,,,,,,,............kasihan si
Ai.
Camp berdiri disini. Sedikit makanan dikeluarkan dan gw ngerokok buat ngilangin
penat. Sumpah cape juga jalan ama senior-senior. !

07:00 WIB KAndang Badak Camp.
Acara mask-masak. Budi nggak jadi pulang. Katanya dia mao pulang malem. TErnyata
gagal. Jadi dia putusin pulang besok pagi, waktu kami ke kawah. Ahhh...nggak
mungkin, kata Capten. We'll see!
Menu malam ini, adalah Sup, Perkedel Jagung, singkong rebus, Jengkol
goreng....sedap nggak tuh.

--masih sambung---

...sampai mana kemaren....Udah masak dikandang badak yah.! Oke lanjut. Jam nya
masih sama, tapi ada istilah baru nih...kata Jendral namanya KAMPUNG BADAK. Jadi
mulai sekarang istilah kandang akan di ganti Kampung!

1.....2.......3.....

Menu makanan malam ini akan tergolong istimewa. Mmmm..nyami. Ada perkedel
jagung, nasi liwet sisa tadi siang, Sayur sop tanpa daging atau ayam, sosis teh
manis, kopi, jahe wangi, terus ada Roti juga. Tapi yang ini rada ancur, maklum
ke gencet di carrier.

7:30 Camp KAmpung Badak

Setelah acara persiapan selesai, kmopor dan trangia mulai dinyalakan. Dua lilin
kecil menyala berebut memberi terang, dan bersusah payah survive dari hembusan
angin malam yang lumayan membuat bulu kuduk meremang. Berkali kali, Kang Budi
dan Jendral harus bergantian melebarkan tangannya agar api tidak padam. Jaka
mulai membuka sleeping bag nya. Ai udah ngeringkuk dari tadi. Tinggal gw, Capten
dan Jendral yang masih rada mendingan. Budi berjuang kerasa menahan perasaan
hatinya, antara hancur dan senang. Antara bahagia dan gamang... Ahhh...cinta,
terkadang membuat kita lupa dan bisa mengorbankan segalanya. Tabahkan hatimu
sobat, jangan dengarkan mulut berbisa sekitarmu. Ikuti kata hatimu, dan ruang
yang lapang akan ada didepan mu.

Mulaiiii masakkk.... Pertama masak sup jagung instan, plus tambah sedikit jagung
asli bawaan gw betiga. Hmmm...nyami. Sedap. Rasanya kayak udah 3 bulan nggak
ketmu makanan lezat. Gw sampe nambah [ awas kalo dibilang rakus]. Kemudian Masak
Sayur Sop, plus sosis dan Masak perkedel jagung. Obrolan masa kecil menghiasi
aktivitas kami. Satu persatu sayuran dimasukkan dan satu persatu adonan jagung
plis kornet mengering di goreng.

Dueer..! Gw mundur ke dalam tenda, tepatnya nyusruk. Capten, locat kebelakang
beberapa kaki, dan Jendral mangap nggak tahu malu. Budi seketika bangun, yang
laen cuma nanya ada apa. "Gimana Capt, ada yang kena? Diatas alis
kelihatannya.!"..Tanya Jenral. Capten cuman maki-maki kecil, terus ngelanjutin
ngegoreng Perledel. Tangan gw juga sempet kena. Mau tahu apa. Ledakan dari
jagung yang digoreng, menimbulkan percikan minyak panas kemana-mana. Salah satu
nya nongkrong dengan manis di pelipis Capten sebelah kanan, deket alis. Sekitar
1 buku jari telunjuk. Lumayan perih katanya. Syukur lah yang laen nggak
kenpa-napa. Tapi kasihan juga si Capten, jadi nggak bisa nyela-nyela gw, deh!!
Acara masak diakhiri dengan merebus singkong hasil temuan/buruan sore tadi di
Tanjakan Rante. Rasanya mengagumkan, man! Hebat, baru kali ini gw naek dapet
nemu singkong. Setelah acara makan selesai, kami semua menuju peraduan. Sleeping
bag di gelar dan ...selamat Bobo semua....sampai jumpa besok pagi.

07:00 Camp Kampung Badak Minggu

Udah pada bangun semua, Sekedar mengisi kesibukan kami masak untuk persiapan ke
Kawah...Indah nian membayangkannya. Jam sembilan kami berangkat berempat. Gw,
Capten, Nanha, sama Jaka. Budi masih tetap pada pendiriannya untuk pulang, dan
Ai masih nggak sanggup, katanya. Mao nunggu dibasecamp aja. Padahal gw udah
komporin supaya ikut. " Rugi, lu..kapan lagi ke kawah, nggak semua orang bisa,
lagi!".. Ai cuman nyegir tapi tetep nggak goyah. Ya udah kita jalan berempat.

09:00 WIB Minggu ==ke Kawah

Langkah pertama terasa amat berat. Setelah semalan tidur ternyata volume
paru-paru harus menyesuaikan kembali. Maka langkah-langkah keong kembali
terjadi. Tapi nggak pa-pa, yang penting sampe, kata gw. Lebih banyak diemnya
dari pada ngomong nya. Hingga pada suatu tanjakan, " ini bekas babi ya, capt?
kata gw nanya ke Capten. "he'eh" jawabnya singkat. Nanha ama Jaka masih ada di
belakang sekitar 2 meter. Nggak terlalu jauh, masih kelihatan. Gw dan Capten
berjalan lagi. Pada menit kesekian, sampailah kami di sebuah punggungan dengan
ditumbuhi pohon-pohon cantigi tua yang sudah kering pada pangkalnya, namun masih
hidup. Rimbun, tingginya sekitar 2 ~ 4 Meter. Fantastis. Inilah cantigi terindah
sepanjang mata gw sampe di TNGP. Aroma mistis nya terasa kental. Betah, gw
lama-lama di sini, Damai dan sejahtera [kayak partai yah]. Tapi, lagi-lagi
sampah. Ada bekas api unggun juga. Tuhan, kemapa masih ada yang gini yah? Gw
nggak ngerti. 15 menit istirahat, kami lanjut, menuruni punggungan dan
menyibak jalan setapak yang mulai ketutup. Nggak jelas banget. Kalo nggak ada
Capten,pasti gw udah milih balik arah, ketimbang nggak pulang. Sekitar 15 Menit
kemudian, Capten berhenti pada sebuah punggungan. Gw nyusul, mana kawahnya? "
Capt Kawahnya sebelah sono, yah? Kesonoo yuk!" Gw yang lagi rebahan menikmati
udara siang kawah, ngerajuk. " Gak, ah. Udah pernah" katanya. Sombong! Emang gw
takut jalan sendiri. Dasar! [mestinya sensor nih, tapi gak pa-pa]. Dinding kawah
yang terdiri dari batuan vulkanik menarik mata untuk berlama-lama memandaginya.
Kerikil dan pasair juga kelihatan lebih menarik disini. Warna kuning dan uap
putih belerang di kejauhan menambah suasana magis. Jaka meluncur dari belakang
kami, Nanha..dari sebelah kiri yang lebih landai. Dan dengan kesepakatan, kami
bertiga menuju bibir kawah sebelah timur. Kabut tebal merebak di belakang kami,
Gunung Sela hilang tertelan. Pangrango masih dengan angkuh nya berdiiri
mengintip mengawasi kami berempat. " Lewat sono aja,
terus kesana, biar lebih landai. Melipir sisi sebelah situ, terus kesitu!"
instruksi Capten. "siap, Capt. Laksanakan!"

Setapak-setapak kami lalui batuan vulkanik di kawah Gunung Gede. Ada rasa
was-was menyelinap ketika uap belerang tersapu kabut. Berkali-kali gw nengok
kebelakang, mencari posisi capten yang semakin samar kemudian menghilang."
Payungnya di buka, Capt. Buat meeting Point!' TEriak gw dari kejauhan.Pada saat
menaiki punggungan kawah, kami menyebar, nana sebelah kiri gw di tengah dan Jaka
sebelah kanan. Untuk menghindari runtuhan baru-baru statis yang lumayan kalo
kena jidat atau tulang kering. "pelan aja...Nanha ketinggalan, tuh!" Jerit
Capten dari bawah. " Gw cuman angkat tangan aja! Jaka yang pertama sampai ke
Bibir kawah. " Udah sampe Jack?" tanya gw. Jaka ngacungin jempol dan "udah!" Gw
langsung melesat di ikuti Nanha. Subhanallallah, gw nggak pernah liat yang
seperti ini dari dekat. Semuanya nampak menakjubkan. Dinding kawah yang kokoh
dan Angkuh. Uap belerang yang bau kentut, warna kuning belerang dan, sekaleng
pocari jadi temen kami bertiga di bibir. Sedap...seger, Nggak lupa
beberapa jepretan dokumentasi di abadikan. Buat nampang, dan nyombong,
he...he...Kasihan deh lu, nggak kesini, kata gw ke Ai pada hari berikutnya.

Cuman sepuluh menit, kami turun. Kabut kembali menebal, Kehawatiran Capten
memang cukup beralasan. Buah-buah cantigi kembali jadi santapan nanha dan Jaka.
Tahu nggak, waktu jaka bilang ke Nanha, ngambil nya pake mulut, biar khasiatnya
nggak hilang, eh nanha dengan polosnya mgikutin ngambil buah cantigi pake
mulut...ha..ha...kena deh lhu!

Sepanjang perjalanan pulang, kami melesat dengan manisnya hingga ke Camp kampung
badak. Ai dan Budi [ Budi ternyata nggak jadi turun. Dan turun bareng kita.
Hah...betul kan, nggak akan kuat diracunin nanha sama Capten] sudah mulai
packing disana. Dan sepanci singking rebus sudah disiapkan. Hah...lega rasanya.
Kemudian kami turun, lebih banyak diam, Capten terluka kakinya, jalannya
pincang. Sampe aer panas dia minta gw balutin. Dan kita nggak jadi bikin kopi
disini. Singkong rebus, biskuat, dan bebrapa makanan kecil jadi mangsa kami
disini. Ai dan nanha langsung sauna di Air panas. Maklum, sauna di Jakarta
mahal, katanya.

05:45 Base Camp Montana

Sampe juga deh. Telepon genggam Budi langsung berdering, "Halo,...iya baru
turun, ...masih di Montana! iya,,,iya...!" begitu kalimat-kalimat yang
terdengar. Rupanya si ehem-ehem sudah nagih janji, tuh!....



********************habis********************************

Thanks Capt, for being my true friend, sharing and having very nice adventure
togather. You taught me how to be my self, not to be like others! For your
Mangga and for very nice meal ever had. Your warm and easy, make me feel comport
to 'NYELA LW" Dont be angry, cozz " GW MASIH BELAJAR"

Thanks Bang Hijjau, buat segala pengorbanannya dan kesetiaannya. Jangan takut
bang, Gw dukung setiap langkah lw, dan mengenai si ehem-ehem....terus maju,
pantang mundur!

Jendral Nanha...kapan kita naek bareng lagi, yah? Gw kangen sama lw...dan semua
ocehan lw...keep be good girl, we are in your line way!

Jaka, lu tuh udah jadi sahabat gw dari kecil, dan kita udah lewatin segala
sesuatu bareng. Maaf kalo hoby yang satu ini sempet lw tolak, dan baru bisa lw
terima belakangan ini aja. Gw sering ngajak lw, kan. Tapi mungkin baru sekarang
jodoh....jangan kapok yah!

Ai...gimana pengalaman petama naek bareng gw...jangan nangis yah, gw tahu kaki
lu pada kaku semua..tapi rugi lw nggak makan nasi goreng bareng gw kemaren...

Kissin...my beloved bro! thanks udah jemput gw di Tol timur...juga dedy thanks
for acomodation!

Anak-anak HC {Vino, Hanif, Ical, Anggi, Kris. Prita, Lina, Mbak Endah,] teima
kasih udah ngomorin jalan bareng dan jeprat-jepretnya.

Bang Asdath..Bang Hendry...and semuanya } terima kasih banyak...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home