Monday, July 10, 2006

Semalam tadi,
aku terjaga dari buaian malam yang beku
menepis beberapa nyamuk yang singgah di kulit
mencari makan
kemudian membenarkan letak bantal tidur
membalik badan mendekap guling usang
membenamkan separuh badan pada hangat sleeping bag merah
yang aku jadikan alas tidur

Kasurku tak berseperai

Aku meraih saklar di ujung kepala
menghidupkan cahaya yang menerangi umat manusia
berterimakasihlah kepada Edison..

Pukul tiga,
dingin menyergap lewat jendela kecil yang terbuka
sengaja
embun sejuk dan angin menerjang masuk

Semalam tadi, mata tak dapat terpejam
aku meniup lilin untuk ku sendiri
merapal doa untuk ku
kemudian membungkus kado, juga buatku sendiri

Ada gambaran ayah melintas di depan mata
wajah sendunya menatap lekat
ada sorot bangga bercampur sedih
seperempat abad sudah, kaki ini melangkah
menapaki pahit manis menjadi manusia
menjadi laki-laki

Ada gambaran ibu melintas kemudian
menangis
hanya terisak
pipinya basah, matanya berkaca

"maaf kan aku ibu,
petualangan yang ku buat, bukannya tanpa maksud
aku menikmati menjadi laki-laki di belantara
menyanjung diriku sebagai anak di puncak tinggi
merasakan jadi manusia di hempasan badai dan topan
menjadi sahabat untuk yang lain di kekeringan tenggorokan
atau kuyup ditimpa hujan"

"Ampuni anakmu, ayah
aku berusaha menebar senyum seperti yang kau ajar
menapak kebaikan seperti amanat yang kau titip
bukan dengan jalanmu
tapi dengan caraku....
melintas kampung-kampung terpencil, menjadi lilin
mendaki tanah-tanah tertinggi seperti belalang
mengepak di awan putih di fajar sidik seperti alap-alap
bukan dengan jalanmu
tapi dengan caraku"

ridoi aku menapak sisa umur
wahai,
pemilik surga

--boim akar 100706----

0 Comments:

Post a Comment

<< Home