Wednesday, August 10, 2005

Ciliwung

Biarkan aku menangis pada bibirmu
yang bergetar ketika ku belai
dan merintih ketika pada sore itu
kugagahi dirimu

Aku yang di tinggalkan sejuta kesabaran
berteriak dan menceburkan badan
pada jeram-jeram mu
diantara kotoran manusia dan senandung bocah mandi
pada dua sisimu

Kejauhan
adalah sepasang merak mengambang
mungkin tertidur pada satu sisi rakit bambu
yang tertambat pada sebatang cemara mati
dan serombongan semut-semut pohon duku
mengamini dan bertahlil diatasnya

Adakah dia masih seperti disini
kehidupan yang tak pernah mati
kureguk dan ku hisap, hingga sari madu penghabisan
di bibir jurang nan dalam

Azan ashar yang ke tiga berkumandang
dari rumah Tuhan entah dimana
menangkat wudhu pohon-pohon bambu
pada sisi sisi nya
kemudian bertasbih dan menyalahkan aku
justru pada saat bersamaan

Hitam disana
awalnya putih disini
merah pekat di hilir
awalnya bening indah di hulu

Ciliwung
Aku menanti kabar darimu
buat benci ku yang ku buang kemarin sore

**

0 Comments:

Post a Comment

<< Home