Thursday, April 14, 2005

Malu

kadang gw malu sama Tuhan
sama diri gw sendiri, sama semua orang

gw tahu, selama ini, tuhan masih menyimpan
aib-aib yang gw buat
jadi nggak ada orang yang tahu

terus gimana kalo dia ternyata bosen
nggak mao lagi nyimen timbunan dosa gw
apa dia akan beberkan semua cerita gw
pada teman-teman gw dan orang lain, yah?


Wednesday, April 13, 2005

Kecil

di SMP dulu, seorang guru tanya masalah cita-cita.
Ada yang mao jadi dokter
jadi insiyur
jadi pramugari
jadi arsitek
jadi polisi atau abri
ketika gw ditanya mao jadi apa,
gw jawab mao jadi guru...
semua orang tertawa, termasuk guru gw ikut ketawa
gw nggak tahu kenapa mereka ikut ketawa
jadi guru itu, gajinya kecil, nggak bisa hidup layak
nggak bisa cukupin kebutuhan keluarga
selalu dibawah garis kemiskinan, begitu kata guru gw
terus gw tanya,
kenapa bapak jadi guru?
katanya,
yah...karena saya nggak ada pilihan. dari pada nganggur
mendingan kerja, kan?
sekarang gw yang ketawa
ternyata bapak ini pinter-pinter bodoh yah, kata gw
pinter, karena bapak tiap hari ngasih ilmu ke muridnya
membetulkan setiap yang salah
atau memarahi setiap kesalahan.
bodoh, karana bapak ternyata nggak ngerti apa itu guru
menurut pepatah guru itu di gugu dan di tiru
kalo bapak aja nggak bangga sama status bapak
saja yakin motivasi bapak hanya mencari penghasilan saja
bukan niat membetulkan kesalahan
nggak niat bagi-bagi ilmu
tapi saya cuman lulusan spg, katanya
jadi nggak ada pilihan, kan?
dulu waktu masuk spg keinginan bapak apa, kata gw
jadi guru, jawabnya.
sekarang udah terlaksana, toh!
ya, tapi guru yang saya bayangkan adalah guru yang makmur
bukan umar bakri, bukan yang gajinya cuman cukup sampe rebo
kemudian kamis jumat sabtu harus ngutang
apalagi saya harus ngasih duit kesekolah ini
supaya bisa ngajar dobel mata pelajaran
oh...jadi kenapa bapak selalu nyuruh kami nyatet
terus bayar fotokopi waktu ulangan tujuan utamanya adalah
untuk ngelunasin utang bapak yang di pake buat 'nyogok" toh
nggak begitu juga sih, tapi apalah namanya
ilmu itukana mahal
jadi semuanya harus mahal
tapi saya akan tetap jadi guru, pak!
temen-temen sekelas kembali ketawa.
jangan
lebih baik kamu jadi pegawai kantoran
bisa banyak duit dan punya mobil
kata guru gw lagi
pak,
saya mao tanya sekarang
bapak bisa lulus sd karena siapa
bisa lulus smp karena siapa
lulus spg dari siapa
kalo bapak nggak bangga
sama pekerjaan bapak
sudah lah
mulai sekarang saya nggak mao belajar sama bapak
ngapain belajar cuman dapet catetan atau teori doang
tapi ternyata yang ngajar juga nggak
pernah punya kebanggaan
saya malah jadi iri sama tukang ojeg
yang dengan santainya bilang ke saya tadi pagi
bahwa di ngojeg demi ngebiayain anak istrinya
berartikan dia emang punya tanggung jawab
bukan semata-mata cari uang
terus gw langsung aja ngeloyor keluar kelas
nggak peduli pak guru itu ngajar lagi apa nggak

Perawan Mati

Seorang sahabatku mati
meninggalkan jejak tak terjawab
tanpa sedikit petunjuk
hanya hitam, biru dan diam

sahabat pemberani ku mati
kala kegagahan hidup menantang
di pergi berperang
tak ada lawan
hanya keegoan diri dibakar setan

sahabatku tak pernah tahu
bagaimana mati sebagai kastria

dia buta
bagaimana harus bisa seperti arjuna

tubuhnya yang kaku
kedekap dalam hening malam
ada kehangatan menjalar
lewat busa dan darah yang keluar
dari mulut dan jiwa nya

sahabatku kini mati
diperbudak kegagahan dirinya
ingin seperti ksatria

selamat jalan sahabat

Elegi

Pada dinding mana lagi aku harus berbentur
Ketika semua mata memandang hanya sebelah
dan tangan-tangan hanya bertepuk sebelah

aku harus kemana?
lari?
atau masuk pada lubang semut di tanah
kemudian bermutasi menjadi ratunya

dua tiga masa lalu
aku seekor singa di afrika
menjadi raja dan dilayani
tak perlu berburu

lalu aku bermigrasi
mencari pencerahan diri
diantara dinding-dinding suram mati
aku juga mati

pada batuan mana lagi aku harus kalah
permata dicincin emasmu
atau cadas puncak semeru yang sedih beku

aku kedinginan
mataku perih
perut tak bisa ku pakai berfikir jernih

Friday, April 08, 2005

Sekarang apa lagi?

Setiap kali kamu datang
rasanya badan ini remuk
pecah seperti gelas di meja makan kita
yang tadi malam kau banting

matamu ...
mata bulat dengan alis tebalmu
menatapku dengan angkuh
seperti petir rasanya

lalu aku harus kemana?
tidak ada tempat pun yang terasa aman dari mu
tiada ada sejengkal tanah pu yang bisa aku pijaki
jika kau sudah datang padaku

kau masih ingat?
ketika malam kemarin dikamar ku
kau datang tanpa ketuk pintu
sedang aku sedang betul betul dalam
ketelanjanganku

ketelanjangan badan
ketelanjangan pikiran
hingga tak bisa aku berfikir apa-apa
sampai gelap menyergap dan menyembunyikan
semua kepolosanku!

kau cuman tertawa
lebar
lepas
seolah aku adalah boneka salju yang kau buat
kemudian kau hempas !

sekarang apa lagi?
akan kau banting juga hati ini
sepeti gelas tadi malam
bagai ketololan ku yang kau telanjangi
sore tadi ?