Saturday, October 23, 2004

curhat nih

sebaris puisi tak jadi ditulis
ku buang pada potongan ketas ke tempat sampah
di sebelah kanan
kemudian ku hempaskan perasaan pada layar 14 inci

muak
pedih
perih

gamang
bimbang
terbuang
tanpa kasih sayang

terluka
menderita
hina

terjepit
terhimpit
tercekik

mati
diam
bisu

Ramadhan dan Aku

Hari ini aku tertunduk
menatap rumputan yang sesekali bergoyang
ditiup angin sore yang mambekukan
dideretan peristiwa alam

apakan dia berdzikir
aku tak tahu

apakaha hati ini tersentuh
aku tak merasa

hanya rumput yang bergoyang
pada hembusan angin sore ketika malam mulai
beranjak naik

entah mengumandangkan sama Nya
atau berteriak menderita
oleh tangan ku

Friday, October 08, 2004

Bodogol dan yang terbuang

Dari atas jembatan berpayung embun
menatap sepasang mata bening
menyibak senyum yang tertutup dingin pagi
dan perut yang kelaparan

Mata itu
berkelebat menawan disela-sela rimbun pohon
beradu sayu dengan tatapan elang jawa
tapi pasti lebih elok kurasa

Jangan bohongi dirimu
wahai perempuan bermata sayu

Aku tahu pada dasar hatimu kau titipka sejuta gundah
berkejaran keluar dari dalam kepala
untuk kau tumpahkan pada ku
yang kau tahu menunggu

Kata hatiku jangan dekati
kata jiwaku, dia mengerti
kata sanubariku, biar waktu yang menari
membelai hati sang pencinta sejati

mata itu
mengisi tiap waktu senggang ku
mengisahkan peristiwa terindah dalam hidupku
di Bodogol
ada hati terbuang
pecah
dan porak poranda
yang hendak kususun ulang
agar jadi indah

******************
yang terbuang
dari Bodogol
******************

Tak Pernah Berujung

Entah
Sudah berapa panjang kaki ini berjalan
melibas keterasingan
berjalan mundur kemasa lalu

bukan tiada arti
hanya benih yang tersisa terlanjur berkecambah
berebut nafas
bertahan hidup

Bukan pada pokok pinus yang mati meranggas
bukan pula pada kilat petir menyambar
aku rapuh
lari entah dan kemana

lambat ....
seakan lambat waktu berlari
aku mengejar
teteap tertinggal

entah
jalan ku tak berujung

Friday, October 01, 2004

Sesuatu yang Terbuang

Dari bawah tempat tidur
kudengar makian sepasang kecoa
yang semalam berebut makan
dengan sepasang semut yang berbulan madu

Heran
pada musim dingin begini
masih ada energi untuk berteriak

Jengah
tidak mengerti
kenapa telinga ini mampu mendeteksi
segala bunyi yang hanya sekecil ari